Tertawa hingga jatuh dari
kursi
demikian puisi ini dimulai
Ditujukan buat sampeyan
yang rada telmi
yang suka keenakan duduk di kursi
Nanti sama-sama kita tarik pelatuknya
demi tulusnya lelucon ini
Ciuman Tuhan bertubi-tubi mengenai
yang kita baui cuma tai
Goncangan dari luar
kelasnya jauh di bawah
dibanding dengan goncangan yang dibikin sendiri
Diri kita murni terbuat dari lelucon
Ini seperti sumur yang tak mati-mati
Tertawalah ...
Tertawa hingga jatuh dari kursi
Senin, 1 Sept 03
Tidak ada komentar:
Posting Komentar