Dengan pakaian pelampung, masker tebal, seiris kutukan
ia nyebrang jalan
kesandung pengemis
Kota bagai hologram
Berlutut di eksofagus hitam
Butir kenangan terjun bebas
Ia mendengar: tawa ngakak membombardir
Ia mendengar: tangis, seperti lempeng tembaga yang tipis
Tapi ia terlanjur tak mendengar
Hanya kentutnya yang terasa abadi
Sabtu, 25 Mei 02
Tidak ada komentar:
Posting Komentar