Di pecahan periuk nasi
Di mulut kran air yang ketakutan sekali
Kemustahilan menjangkiti takdir yang merembes ini
Ialah orang-orang dari sejumput nyali
Dipajang tanpa daftar harga, tanpa
kutukan, tanpa kekeruhan yang bisa dicicipi
“Persekongkolan,” katamu ajaib
Ini bukan sembarang biang keladi
bukan logika yang kerap menyenggol kanan kiri
(dan agaknya Murka pun mengerti)
Kamis, 9 Mei 02
Tidak ada komentar:
Posting Komentar